Sulawesi Selatan memasuki era baru dengan adanya pergantian tampuk kepemimpinan tertinggi yaitu gubernur. Pemilihan secara langsung yang diselenggarakan pada tanggal 5 Nopember lalu, telah memperlihatkan hasil meski belum resmi dari KPU yang nanti akan diumumkan tanggal 16 Nopember mendatang.
Perhitungan sementara yang sudah bisa dipastikan kebenarannya memenangkan pasangan nomor urut 3 (Syahrul Yasin Limpo-Agus Arifin Nu’mang yang dikenal dengan julukan SAYANG) mengungguli dua pasangan pesaingnya (Amin Syam-Mansyur Ramly dan Aziz Kahar Muzakkar-Mubyl Handaling). Syahrul Yasin Limpo adalah Wakil Gubernur Sulawesi Selatan saat ini, Agus Arifin Nu’mang adalah ketua DPRD Sulawesi Selatan. Sementara pesaingnya Amin Syam adalah Gubernur Sulawesi Selatan saat ini dan Aziz Kahar Muzakkar adalah anggota DPD wakil Sulawesi Selatan.
Pesta demokrasi telah berlangsung layaknya sebuah pertarungan akbar. Dalam setiap pertarungan akan memunculkan pihak yang menang dan pihak yang kalah. Demokrasi telah berhasil dijalani dengan baik sebagai sebuah proses pendewasaan politik terhadap masyarakat meski disadari bahwa proses ini belum berjalan sebagaimana mestinya karena masih adanya usaha-usaha di luar jalur yang dipraktekkan oleh oknum Cagub ataupun pendukungnya untuk memenangkan pertarungan. Sebagai sebuah negara yang sedang belajar, maka hal itu hanyalah sebuah konsekuensi yang semestinya menjadi pelajaran dan bukannya menjadi masalah untuk menjadi bibit-bibit konflik.
Masyarakat Sulawesi Selatan dengan beragam etnik dan budaya yang hidup berdampingan dengan serasi harus dewasa dalam menerima hasil Pilkada ini, meski nampak jelas bahwa pasangan Cagub yang ada sekarang seakan menggambarkan pengkotakan dan keterwakilan etnik dan budaya.
Masyarakat telah memilih, memperlihaktan bukti bahwa kekuasaan tertinggi ada di tangan rakyat, bukan di tangan partai atau golongan tertentu. Jadi patut disadari bahwa terpilihnya pemimpin baru adalah andil dari masyarakat maka seyogyanyalah bagi pemimpin terpilih membalas budi. Masyarakat tidak menuntut lebih, hanya ingin menagih janji politik yang terucap melalui kampanye. Cukup laksankan itu, maka masyarakat akan puas, dan Sulawesi Selatan akan maju, tidak seperti hari ini yang selalu menjadi bayang-bayang dan berada di bawah ketiak daerah Jawa. Buktikan bahwa Sulawesi Selatan memang salah satu propinsi terbaik di negeri ini, di tangan seorang pemimpin yang teguh akan janji, mementingkan kepentingan masyarakat di atas segalanya dan berusaha menghapus penyakit menular KKN di tanah ini.
Selamat buat pemenang dan jangan berlebihan dalam merayakan kemenangan karena sesungguhnya beban di pundak anda sangat berat.
Bersabarlah buat yang kalah dan berusaha menerima ini dengan lapang dada. Bersyukurkah anda karena tidak harus pusing dengan problematika propinsi ini yang begitu berat.
Untuk para pendukung, mari terima ini secara dewasa. Sebagaimana pun kita mendukung dan mengingkari hasil Pemilu, darah kita tetap sama, darah Sulawesi Selatan dibalut suku Makassar, Bugis, Toraja dan beberapa suku minoritas lainnya seperti Konjo, Duri, dll.
Hentikan perang dalam bentuk apa pun termasuk perang kata-kata seperti yang dituangkan dalam bentuk komentar di Harian Fajar.
3 komentar:
Kok bisa ?
mudah mudahan bagus hasilnya
memang bener kekuasaan tertinggi adalah ditangan rakyat bos, jadi seharusnya pemimpin lebih memperhatikan rakyatnya karna berkat rakyatlah mereka mendapatkan jabatan yang disebut gubernur travel blog.
Posting Komentar