07 September 2007
Nuclear, Solution or Destroyer? (Part 1)
Bilakah nuklir, --- yang pernah meluluhlantakkan negeri Sakura Jepang, mengganggu tidur nyenyak ratusan keluarga di Ukraina saat salah satu reaktor di pabrik nuklir Chernobyl meledak, atau membuat sekitar 10.000 jiwa warga Kazakhstan terisak lirih menanggung pedihnya luka radiasi akibat uji coba nuklir di Semipalatinsk --- harus menjadi diary usang dan segera dilupakan, guna memberi tempat bagi benda yang didaulat telah membunuh jutaan manusia itu sebagai solusi akhir kemelut kebutuhan energi masa depan yang kian hari makin meningkat?
Penggunaan energi nuklir masih menjadi polemik, meski banyak Negara telah menepis sisi buruk yang dapat timbul darinya. Citra buruk nuklir dipandang dari sisi bom atom (teori relativitas Einstein yang disalahgunakan), hampir menepis manfaat yang bisa diperoleh dari penggunaan nuklir. Misalnya jika dipandang pemanfaatannya dari sisi medis, budidaya tanaman hingga pembangkit tenaga listrik.
Nuklir Iran adalah merupakan salah satu isu terhangat saat ini yang membuat banyak negara terutama Amerika Serikat dan sekutunya menentang aktivitas pengembangannya. Tetapi siapa yang menyangka bahwa negara-negara yang menentang tersebut justru telah menjadi penggiat pengetahuan dan mengambil manfaat dari energi nuklir. Negara-negara maju yang menempatkan diri sebagai penentang tersebut ternyata tak lagi harus dipusingkan dengan krisis listrik karena telah lebih dahulu menggunakan energi nuklir.
Di Amerika, dikabarkan telah beroperasi lebih dari 104 unit pembangkit listrik bertenaga nuklir yang menyumbang 19,83% listrik bagi negara tersebut. Penggunaan teknologi nuklir terbesar di dunia terdapat di Perancis yang mencukupi 76,4% listrik di negara itu dari tenaga nukir.
Bahkan, negara yang pernah luluh-lantah akibat nuklir, Jepang, secara kontroversial melaksanakan kebijakan pengoperasian pembangkit listrik bertenaga nuklir, dan justru telah menjadi negara paling gigih dalam memanfaatkan reaktor nuklir untuk daya listrik bahkan pemilik teknologi reaktor nuklir paling maju dan aman.
Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) melansir, hingga tahun 2020 nanti, 126 PLTN akan dibangun di seluruh dunia. Dari jumlah tersebut, 40 diantaranya akan dibangun di China karena negara itu membutuhkan banyak listrik untuk pemenuhan kebutuhan 1,3 miliar penduduknya.
Dengan kondisi demikian, apakah nuklir adalah solusi atau penghancur?. Dimana negara kita Indonesia akan berpijak yang tengah berkutat dengan kelangkaan energi khusunya energi listrik yang sering disiasati dengan pemadaman bergilir. Solusi yang sama sekali tidak menunjukkan ciri kecerdasan. (Sumber: diramu dari harian pagi Makassar, Fajar)
Bersambung
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar