Maafkan aku kawan, aku hanya tidak ingin kau tunjuk hidungku dan menyerahkan semua kesalahan padaku. Aku sudah berusaha semampuku untuk berbuat yang terbaik termasuk menghindar dari image "pecundang" yang sering kita bincangkan di warung kopi. Kebersamaan kita baru sesaat, mungkin belum cukup untuk kau mengenalku dan aku mengenalmu lebih dalam. Kau mungkin beranggapan bahwa aku orang yang emosional dan tempramental tapi aku tidaklah seperti itu. Aku tidak berusaha membenarkan diriku dengan mempertontonkan emosi di hadapanmu tapi aku sangat tidak ingin kau menunjuk hidungku dan seakan melimpahkan semua kesalahan padaku yang notabene untuk kepentingan bersama dan menganggap bahwa akulah yang "berkoar-koar" tapi tak mampu melakukan apa-apa. Aku hanya bertanya dalam hati, kenapa semua itu menjadi salahku, mengapa ini tidak menjadi tanggung jawab kita bersama.
Mungkin dunia kampus telah mengajariku bahwa berbuat bukan hanya untuk diri, tapi berbuat untuk orang-orang di sekitar kita termasuk untuk sahabat apalagi jika di dalamnya ada sedikit kepentingan kita. Jika kita hanya mau berbuat apabila di dalamnya ada kepentingan kita, maka dimana kepekaan itu sebagai makhluk yang tidak bisa hidup sendiri.
Mungkin aku salah menafsirkan atau mungkin terlalu sensitif memaknai apa yang terjadi. Untuk semua itu, atas nama persahabatan aku memohon maaf.
(Untuk sahabat-sahabatku di Warung Kopi)
0 komentar:
Posting Komentar