02 Maret 2009

Bodoh... Sialan...

Ingin kutertawa, menertawakan diri yang pelupa. Aku ingat sebuah pepatah "hanya keledai bodoh yang jatuh ke lubang yang sama dua kali". Untukku, bukan dua kali tapi sudah ketiga kalinya. Seperti kemarin, aku lupa bahwa di lingkungan tempatku mengajar banyak orang-orang yang mau tampil mentereng tetapi tidak mau membeli atau bahkan mereka memang tidak memiliki kemampuan untuk itu.

Ini ketiga kalinya aku kehilangan barang yang sama, bahkan 2 kali terjadi di lingkungan sekolah tempatku mengajar dan 1 kali lagi di salah satu puskesmas di Parepare. Mungkin ini kebodohan, kecerobohan yang tidak juga bisa membuatku belajar atau mungkin karena pikiranku terlalu dangkal yang menganggap semua orang sama dalam berpikir bahwa tidak akan mau mengambil barang orang lain yang bukan haknya.

Kata orang, kemiskinan mampu menggelapkan mata tetapi aku sendiri miskin dan masih memegang prinsip bahwa tidak akan pernah mengambil milik orang lain yang bukan hak. Setidaknya itulah warisan berharga yang diamanatkan orang tuaku, yang diajarkan padaku setiap saat bahkan lebih mirip senandung pengantar tidur karena masa kecilku tidaklah ditemani senandung dari TV atau radio tape, apalagi MP4 player, Iphod dan semacamnya. Kami terlalu miskin untuk memiliki semua itu. Orang tuaku ajarkan itu tidak dengan suara bising euforia kota, tetapi di sebuah perkampungan kecil yang lebih tepatnya disebut daerah terpencil.

Dalam pelajaran PKn aku pernah mendengar guruku bilang bahwa kehidupan sosial di daerah pedesaan jauh lebih baik dari daerah perkotaan. Setidaknya aku bisa mengangguk mengiyakan kata-kata guruku itu. Karakter yang terbangun dengan budaya modernitas sangat jauh berbeda dengan karakter masyarakat yang mengutamakan hubungan sosial di atas segalanya, dan hingga hari ini budaya dan ajaran-ajaran orang tua kepada anaknya masih tetap mereka bisikkan ke telinga anak-anak mereka sebelum tidur. Tetaplah lesatari budayaku... Kegemerlapan kota tak akan mampu memudarkanmu. Tertawalah kepada mereka yang tak lagi memiliki nurani, tak lagi memiliki adat kesopanan dan tak lagi memiliki kepekaan sosial.

Seharusnya aku belajar...

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Sabar kwn,.... dimana-mana itu bisa terjadi. Biasalah... gejala kemiskinan yang akut, tapi hati2 dengan isu kedaerahan Kawan...

Anonim mengatakan...

OK, kawan. Semestinya tidak harus begitu. Gimana pun itu aku hidup di sini. OK, aku perhalus saja bahasanya


Posting Komentar