Oleh: Andhika Mappasomba
Bulukumba, Kota Sejuta Penyair
Aku lahir di sini dari rahim ibu yang menua pada waktu tanah merah hitam yang menggumpal bekukan batang jagung dan batang padi dan asin airnya mengalir dalam darahku bersama nyanyian nyiur yang melambai-lambai pada garis pantainya memanggil-manggil, menggema, memanjat batang kelor dalam sajak rindu-rindu pada negeri ibu, negeri sejuta nahkoda negeri sejuta panrita negeri sejuta nahkoda Bulukumba
Walau
Aku bertualang melangkah mendaki ke dalam belantara kehidupan
terbang ke langit kelima menyusup ke dalam batas bumi
bertemu jawara-jawara yang menikam sukma
Aku tak melupakan kokoh tiang pinisi
menantang ombak sembilan samudera
Aku tak melupakanmu negeriku, negeri sejuta nahkoda dan panrita,
negeri sejuta dongeng, negeri sejuta pau-pau, negeri sejuta budaya
kota sejuta penyair
Bulukumba
Walau
Aku bertualang masuk ke dalam hidup
menemui pengantinku di negeri jauh
lalu bercinta di batas lelah lunglai di puncak sepi
rindu tak pernah usai menyanyi dalam qalbu
memanggil-manggil pulang
memanggil-manggil pulang
melewati pematang sawah
menyusuri sungai, tepian pantai, lereng bukit
merenangi laut Flores dan teluk Bone
melintasi Lompo Battang
Datang padamu Bulukumba, meneguk airmu, mengupas jagungmu,
menumbuk padimu, memetik daun kelormu,
mencubit daging tuing-tuing, loka-loka, lure, lajang,
yang kukulum bersama sayur kelor dan nasi kampo'do'
Uh
Najis rasanya pizza ayam goreng Amerika
Muntah rasanya makan sozzis dan conello Cina
Muntah rasanya minum minuman karbonat Jepang
Muntah rasanya makan gorengan dari minyak goreng Malaysia
Biarlah di kota sejuta penyair
kunikmati dendeng capi, poca'-poca', sanggara bambang, sarabba,
lopisi, dumpi eja, kampalo, gogoso, baruasa, taripang, uhu'-uhu',
cucuru dari minyak rakang
Kota ini, Bulukumba, kota mendunia
kota sejuta penyair
Di sana kalian punya patung liberty
kami punya patung pinisi
Di sana kalian punya pantai Hawai dan Bombai
kami punya pantai Bira, Dajo, Lemo-lemo, Batu Tallasa, Samboang,
Turungang Beru, Kajang Kassi, Kasuso, Pantai Ara, Pantai Merpati,
dan Leppe'e
Di sana kalian punya Monte Karlo
kami punya tebing Lahongka
di sana kalin punya zamba, acapela, capuera
kami punya kelongpajaga, gandrang jong, dan mancak baruga
di sana kalian punya Indian, Aborigin, dan Apache
kami punya Kajang Tana Toa
kota ini, Bulukumba, kota mendunia
kota pelabuhan rindu, negeri ibu
KOTA SEJUTA PENYAIR
BULUKUMBA
Bulukumba, 19 Juli 2008
(Dikutip dari Catatan Andhika Mappasomba di jejaring sosial Facebook atas persetujuan beliau)
11 komentar:
salam budaya!
wah...wah..ternyata bung juga suka puisi, lanjutkan.
salam hujan
kalau saya bisa nggak ya kirim puisiske blog ini mas? saya suka sastra
puisi di atasbagus mas :D
sedikit nakal jgua ya kata katanya
semangat terus berkarya,,
mantao sob , semoga sukses selalu dalam kehidupannya
sy jadi terharu dengan artikel puisi di atas, sayangnya saya gak bisa merangkai kata2 tapi hanya bisa menikmati, mungkin saya perlu belajar banyak di blog sobat ini.
salam blogger indonesia.
Terima kasih untuk semua komentar yang ada.
Puisi itu bukan karya saya tapi karya seorang penyair Makassar yang lahir di Kota Bulukumba (sebuah kabupaten di Sul Sel) yang bernama Andhika Mappasomba.
dalem banget,gan.. wkakakakaka.. nitip link ya.. http://www.thenoock.com/2010/01/astagacom-lifestyle-on-net.html
saya sedang menyimak.. :)
salam kenal sobat.. blognya keren
mohon izin kepada penulis puisi, sdrku Andhika Mappasomba, sy harap sdrku tidak keberatan apalagi protes kalau puisi ta di atas sy copy paste ke blog http://kabupatenbulukumba.blogspot.com/, trims (asnawin)
Posting Komentar